Kata dan Klitika
Menurut
(Chaer, 2008 : 5) “Kata dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk
melalui salah satu proses morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi,
akronimisasi, dan konversi)”. Kridalaksana (2008) mendefinisikan “Kata sebagai
(1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan
terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2) kata merupakan
satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya, batu,
rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem (misalnya, pejuang, mengikuti,
pancasila dan sebagainya), (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal
dari leksem yang telah mengalami proses morfologis.” Keraf (2010) menyebutkan
bahwa “Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memilki stabilitas intern
dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah
fonologis maupun morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas
(contohnya, distribusi yang bebas dalam kalimat “saya memukul anjing itu;
anjing itu kupukul; kupukul anjing itu).” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan
bahwa “Kata adalah (1) elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan
ataudituliskan dan merupakan realisasi kesatuan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa, (2) konversasi atau bahasa, (3) morfem atau
kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (4)
unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (misalnya,
kata) atau beberapa morfem gabungan (misalnya, perkataan).”
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil yang secara inhern
memilki sebuah makna.
B.
Klasifikasi
Kata
§ Kelas Terbuka
Kelas kata
terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam
masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam
proses morfologis. Yang termasuk dalam kelas kata terbuka adalah:
a.
Nomina
b.
Verba
c.
Ajektifa
Ketiga kelas
kata terbuka tersebut dapat dilihat karakternya serta dapat diperbandingkan
satu sama lain dari anggota kelas adverbia yang dapat mendampingi anggota
ketiga kelas utama itu. Anggota kelas adverbia itu menyatakan makna atau konsep
negasi, frekuensi (kekerapan), jumlah, komparasi, kala (tenses), perfeksi
(keselesaian), keharusan dan kepastian.
§ Kelas Kata
Tertutup
Kelas kata
tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk kelas kata tertutup
adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan
kelas interjeksi.
C.
Pembentukan
Kata Inflektif dan Derivatif serta Paradigmanya
Pembentukan kata
inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal
bentuk dasarnya. Sebaliknya dalam proses pembentukan derivatif identitas yang
dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Kasus
inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam pembentukan verba
transitif, yaitu dengan prefiks me- untuk verba transitif aktif, dengan prefiks
di- untuk verba transitif pasif tindakan, dengan prefiks ter- untuk verba
transitif pasif keadaan, dan dengan prefiks zero untuk verba imperaktif.
Bentuk dasar
dapat berupa:
· Pangkal verba
akar yang memiliki komponen makna [+sasaran], seperti akar baca, beli, dan
tulis.
· Pangkal bersufiks
–kan, seperti selipkan, daratkan, dan lewatkan.
· Pangkal
bersufiks –i seperti, tangisi, lalui, dan nasehati.
· Pangkal
berprefiks per- seperti, perpanjang, perluas, pertinggi.
· Pangkal
berkonfiks ke-kan seperti, persembahkan, pertemukan, dan pertukarkan.
· Pangkal
berkonfiks per-i seperti, perbaiki, perbarui, dan persenjatai.
a. Inflektif
Kata-kata dalam
bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa
Sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu
bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
Alat yang digunakan untuk penyesuaian kata itu biasanya berupa afiks. Penyesuaian
bentuk pada verba disebut kongjugasi, dan penyesuaian pada nomina dan ajektifa
disebut deklinasi.
b. Derivatif
Pembentukan kata
secara inflektif, seperti dibicarakan di atas, tidak membentuk kata baru, atau
kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Sedangkan,
pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembentukan kata secara infletif, tidak membentuk kata baru,
atau lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini
berbeda dengan pembentukan kata secara derivative atau derivasional.
Pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
Menurut
(Verhaar, 1978 : 62) “Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang
agak sukar ditentukan statusnya. Kemunculannya dalam pertuturan selalu terikat
dengan bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan.” Misalnya, klitika –ku dalam
konstruksi bukuku dapat dipisahkan sehingga menjadi buku baruku. Dilihat dari
posisi tempatnya dibedakan adanya proklitika, yaitu klitika yang berposisi di
muka kata yang diikuti seperti klitika ku- dalam bentuk kubawa dan kauambil.
Sedangkan yang disebut enklitika adalah klitika yang berposisi dibelakang kata
yang dilekati, seperti klitika –mu dan –nya pada bentuk nasibmu dan duduknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar