Kamis, 12 Januari 2017

KATA DAN KLITIKA

Kata dan Klitika
 



                       
A.    Hakikat Kata
Menurut (Chaer, 2008 : 5) “Kata dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)”. Kridalaksana (2008) mendefinisikan “Kata sebagai (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2) kata merupakan satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya, batu, rumah, datang dan sebagainya) atau gabungan morfem (misalnya, pejuang, mengikuti, pancasila dan sebagainya), (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis.” Keraf (2010) menyebutkan bahwa “Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memilki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (entah fonologis maupun morfologis) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas (contohnya, distribusi yang bebas dalam kalimat “saya memukul anjing itu; anjing itu kupukul; kupukul anjing itu).” Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa “Kata adalah (1) elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan ataudituliskan dan merupakan realisasi kesatuan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, (2) konversasi atau bahasa, (3) morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (4) unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (misalnya, kata) atau beberapa morfem gabungan (misalnya, perkataan).”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan ujaran (bahasa) terkecil yang secara inhern memilki sebuah makna.
B.     Klasifikasi Kata
§  Kelas Terbuka
Kelas kata terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis. Yang termasuk dalam kelas kata terbuka adalah:
a.       Nomina
b.      Verba
c.       Ajektifa
Ketiga kelas kata terbuka tersebut dapat dilihat karakternya serta dapat diperbandingkan satu sama lain dari anggota kelas adverbia yang dapat mendampingi anggota ketiga kelas utama itu. Anggota kelas adverbia itu menyatakan makna atau konsep negasi, frekuensi (kekerapan), jumlah, komparasi, kala (tenses), perfeksi (keselesaian), keharusan dan kepastian.
§  Kelas Kata Tertutup
Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk kelas kata tertutup adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
C.     Pembentukan Kata Inflektif dan Derivatif serta Paradigmanya
Pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Sebaliknya dalam proses pembentukan derivatif identitas yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Kasus inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam pembentukan verba transitif, yaitu dengan prefiks me- untuk verba transitif aktif, dengan prefiks di- untuk verba transitif pasif tindakan, dengan prefiks ter- untuk verba transitif pasif keadaan, dan dengan prefiks zero untuk verba imperaktif.
Bentuk dasar dapat berupa:
·   Pangkal verba akar yang memiliki komponen makna [+sasaran], seperti akar baca, beli, dan tulis.
·   Pangkal bersufiks –kan, seperti selipkan, daratkan, dan lewatkan.
·   Pangkal bersufiks –i seperti, tangisi, lalui, dan nasehati.
·   Pangkal berprefiks per- seperti, perpanjang, perluas, pertinggi.
·   Pangkal berkonfiks ke-kan seperti, persembahkan, pertemukan, dan pertukarkan.
·   Pangkal berkonfiks per-i seperti, perbaiki, perbarui, dan persenjatai.
a.      Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa Sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu. Alat yang digunakan untuk penyesuaian kata itu biasanya berupa afiks. Penyesuaian bentuk pada verba disebut kongjugasi, dan penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut deklinasi.
b.      Derivatif
Pembentukan kata secara inflektif, seperti dibicarakan di atas, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Sedangkan, pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan kata secara infletif, tidak membentuk kata baru, atau lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivative atau derivasional. Pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.




 




Menurut (Verhaar, 1978 : 62) “Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya. Kemunculannya dalam pertuturan selalu terikat dengan bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan.” Misalnya, klitika –ku dalam konstruksi bukuku dapat dipisahkan sehingga menjadi buku baruku. Dilihat dari posisi tempatnya dibedakan adanya proklitika, yaitu klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti seperti klitika ku- dalam bentuk kubawa dan kauambil. Sedangkan yang disebut enklitika adalah klitika yang berposisi dibelakang kata yang dilekati, seperti klitika –mu dan –nya pada bentuk nasibmu dan duduknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar