Kamis, 19 Januari 2017

Afiksasi Pembentukan Ajektifa



Afiksasi (Pembentukan Ajektifa)
Menurut (Chaer, 2008 : 168) kosakata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas ajektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’ atau bentuk yang berupa akar. Maka tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks. Dalam subbab berikut akan dibicarakan kata-kata berafiks bahasa Indonesia yang oleh banyak pakar digolongkan sebagai kata berkelas ajektiva dan subbab lain akan dibicarakan kata-kata berkelas ajektiva yang berasal dari unsur serapan dengan kemungkinan penggunaan ‘afiks’ serapannya dalam pembentukan kata kelas ajektiva. Menurut (Chaer, 2008 : 168) pembentukan ajektiva dibagi menjadi :












 







A.    Dasar Ajektiva Brafiks Asli Indonesia
Adanya buku dan literatur yang menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain seperti nomina dan verba.
§  Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan afiks prefiks pe- pada dasar ajektiva.
1.      Dasar + pe-  --->   pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Contohnya, pemalu, pemarah, penakut.
2.      ---Dasar --->  me-dasar-kan + pe-      ---->  pe-dasar
Pemberian afiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Contohnya, pembersih, pemutih, pendingin.



§  Dasar ajektiva berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya’. Misalnya, sepintar A, ‘sama pintar dengan A’.
§  Dasar ajektiva bersufiks –an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada nomina yang mengikutinya. Misalnya, Mahalan B ‘lebih mahal B’
§  Dasar ajektiva berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya, tercantik ‘paling cantik’
§  Dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya, kemerahan ‘agak merah’.
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi : kemerah-merahan, kebiru-biruan.
§  Dasar ajektiva berklofiks me-kan
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin). Misalnya, memalukan ‘menyebabkan malu’
§  Dasar ajektiva berklofiks me-i
Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+rasa batin). Misalnya, mencintai ‘merasa cinta pada’.
§  Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)
Pada bab ini sudah dikemukakan bahwa kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan ‘barang jadi’. Artinya, ‘barang jadi’ yang berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+bendaan) atau (+tindakan). Misalnya, ajektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+bendaan), sehingga keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak.

B.     Pembentukan Ajektiva dengan “afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya.
§  Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ (dalam tanda petik), seperti :
ü  if misalnya kata aktif, pasif, konsumtif.
ü  ik misalnya kata patriotik, akademik, mekanik.
ü  is misalnya kata teknis, akademis, kritis.
ü  istis misalnya kata egoistis, optimistis, pluralistis.
ü  al misalnya kata gramatikal, material, individual.
ü  il misalnya kata prinsipil, idiil, komersil.
Catatan : akhiran il dari bahasa Belanda menurut pedoman EYD harus diganti dengan akhiran al dari bahasa Inggris. Namun, ada akhiran il dan al tidak bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan ideal.
§  Kata serapan dari bahasa Arab
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari
“akhiran” (dalam tanda petik), antara lain :
ü  i, misalnya kata rohani, jasmani, alami.
ü  iah, misalnya kata Islamiyah, alamiah, rohaniah.
ü  wi, misalnya kata duniawi, nabawi, surgawi.
ü  in, misalnya kata muslimin, mukminin, hadirin.
ü  at, misalnya kata hadirat, mukminat, muslimat.
Kesimpulan : “Akhiran” unsur serapan, baik Inggris atau Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, bukan hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar