Kamis, 19 Januari 2017

Konversi, Akronimisasi dan Penyerapan



Konversi, Akronimisasi dan Penyerapan
(Chaer, 2008 : 235) Konversi, Akronimisasi dan Penyerapan tidak seluruhnya merupakan masalah gramatikal karena prosesnya tidak mudah dikaidahkan dan juga produktivitasnya sangat rendah.





A.    Proses Konversi
(Chaer, 2008 : 235) Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat (1) adalah berkategori nomina, tetapi pada kalimat (2) adalah berkategori verba.
(1)   Petani membawa cangkul ke sawah.
(2)   Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Penyebab nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang berbeda adalah kata cangkul, dan sejumlah kata lainnya disamping memiliki komponen makna (+ bendaan) juga memiliki komponen makna (+ alat) dan (+ tindakan). Komponen makna (+ tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu dalam kalimat imperatif menjadi berkategori verba.
Jumlah kosakata nomina yang memiliki komponen makna (+ tindakan) sangat terbatas. Diantaranya :
Kunci              amplas             gergaji             pacul
Kikir                sikat                 kail                  kapak
Silet                 borgol              pancing            serut
B.     Akronimisasi
(Chaer, 2008 : 236) akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Jadi, sebetulnya akronim adalah juga sebuah singkatan, namun yang “diperlakukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal.
Tampaknya “belum” ada aturan tertentu yang digunakan untuk pembentukan akronim. Namun, dari data yang terkumpul tampak ada cara-cara sebagai berikut:
1.      Pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata0kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :
§  IKIP                : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
§  IDI                  : Ikatan Dokter Indonesia
2.      Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :
§  Rukan              : Rumah Kantor
§  Balita               : Bawah Lima Tahun
3.      Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :
§  Warteg            : Warung Tegal
§  Depkes            : Departemen Kesehatan
4.      Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep itu. Misalnya :
§  Tilang              : Bukti Pelanggaran
§  Danton            : Komandan Peleton
5.      Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, anmun masih dengan memerhatikan “keindahan” bunyi. Misalnya :
§  Pilkada            : Pemilihan Kepala Daerah
§  Kolter              : Kelompok Terbang
6.      Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni. Misalnya :
§  Sinetron           : Sinema Elektronik
§  Insert               : Informasi Selebritis
C.    Penyerapan
Menurut (Chaer, 2008 : 239) penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa asing Eropa maupun bahasa asing Asia termasuk dari bahasa-bahasa Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang dan lain-lain. Di dalam sejarahnya penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial artinya melalui pendengaran : orang asing mengucapkan kosakata asing ini, lalu orang Indonesia menirukannya sesuai dengan yang didengarnya. Misalnya kata bahasa portugis almari dilafalkan menjadi lemari.
Penyerapan kata-kata asing secara audial ini berlangsung lama dan telah menghasilkan kata-kata yang banyak sekali jumlahnya, yang kadang-kadang sudah tidak diketahui lagi dari mana asalnya. Misalnya kata surga, neraka, kuman, waktu, pahala dan lainnya. Sejak terbitnya buku Pedoman Pembentukan Istilah dan Buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, penyerapan kata-kata asing harus dilakukan secara visual. Artinya, berdasarkan apa yang dilihat di dalam tulisan. Inti dari pedoman pembentukan istilah itu adalah :
1.      Kata-kata yang sudah terserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan badan.
2.      Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standardisasi, efektivitas, objektivitas dan implementasi diserap secara utuh disamping kata standar, efektif, objektif fan implemen.
3.      Huruf-huruf asing pada awal kata harus disesuaikan sebagai berikut:
§  Au tetap au
audiogram                         audiogram
caustic                               caustic
§  e dimuka a, u, o dan konsonan menjadi k
calomel                              kalomel
cubic                                  kubik
§  c dimuka e, l, oe dan y menjadi s
central                               sentral
ceelom                               selom

Komposisi



KOMPOSISI
A.    Pengantar
Menurut (Chaer, 2008 : 209), komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata. Seperti kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosa kata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita sudah punya kata bukit untuk mengacu pada konsep “gunung keci”, tetapi dalam kehidupan nyata kita punya juga “bukit kecil”, maka konsep “bukit kecil” itu kita wadahi dengan gabungan anak bukit.
           

a.       Komposisi dalam Peristilahan
Menurut (Chaer, 2008 : 210), Pertama, konsep kata majemuk seperti yang dimuai Alisyahbana adalah identik dengan konsep idiom dalam kajian semantik. Kedua, dibuatnya kolomi kata majemuk dan bukan kata majemuk. Fokker menggunakan istilah kelompok kata, yang dibedakan atas kelompok longgar dan kelompok erat. Dengan kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat. Sedangkan yang dimaksud kelompok erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan Alisyahbana, maka kelompok longgar sama dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok erat sama dengan kata majemuk. Kridalaksana menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata.
b.      Aspek Semantik Komposisi
Menurut (Chaer, 2008 : 212), untuk menampung konsep-konsep yang ada dapat dibedakan adanya lima macam komposisi, antara lain :
1.      Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Misalnya, baca tulis, pulang pergi, jauh dekat, sawah lading dan contoh yang lain.
2.      Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Misalnya, sate ayam, sate Madura.
3.      Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Misalnya, dalam istilah Pendidikan ada buku ajar, tahun ajaran, dan hak pilih. Begitu pula dalam istilah istilah Olahraga ada tolak peluru, angkat besi, terjun payung.
4.      Komposisi pembentukan idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, penggabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’.
5.      Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah maujud dalam dunia nyata. Misalnya, Griya Matraman, Stasiun Gambir dan Selat Sunda.
c.       Pengembangan Komposisi
Menurut (Chaer, 2008 : 215), maksud utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dengan dasar api menjadi komposisi api. Namun, kemudian akibat perkembangan teknologi dan budaya kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta api ekspress dan lain sebagainya. Dilihat dari segi semantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”.
B.     Komposisi Nominal
Menurut (Chaer, 2008 : 216), yang dimaksud dengan komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya komposisi kakek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut :
-Kakek nenek pergi berlebaran
-Mereka memakai baju baru
Sebagai pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina dan sebagai pengisi fungsi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina.
Menurut (Chaer, 2008 : 217), Komposisi nominal dapat dibentuk dari dasar:
Dasar nominal
Contoh
Nomina + nomina
Kakek nenek, meja kayu
Nomina + verba
Meja makan, buku ajar
Nomina + ajektifa
Guru muda, mobil kecil
Adverbia + nomina
Bukan uang, banyak buaya
Menurut (Chaer, 2008 : 217), dalam kaitannya dengan masalah semantik dapat dibedakan adanya lima macam komposisi nomina, antara lain :
a.       Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan komposisi nominal, antara lain adalah makna yang menyatakan:
Makna gramatikal
Penyisipan kata
Komponen makna
Contoh
‘gabungan biasa’
dan
(+pasangan antonim relasional)
(+anggota dari satu medan makna)
Ayah ibu

Sawah ladang
‘bagian’
dari
(+bagian dari unsur kedua)
(+keseluruhan yang mencakup unsur pertama)
Awal tahun, tengah semester, suku bangsa
‘kepunyaan atau pemiliki’
milik
(+benda termilik)
(+insan), (+pemilik)
Sepatu adik, rumah nenek
‘asal bahan’
terbuat dari
(+bahan pembuat unsur pertama)
Cincin emas, jaket kulit
‘asal tempat’
berasal dari
(+tempat berasalnya unsur pertama)
Sate padang, jeruk bali
‘bercampur atau dicampur dengan’
bercampur
(+pencampur pada unsur pertama)
Teh susu, roti keju
‘hasil buatan’
buatan
(+pembuat unsur pertama)
Mobil Jepang, motor Cina
‘tempat melakukan sesuatu’
tempat
(+ruang) dan (+tindakan)
Rumah makan
‘kegunaan tertentu’
untuk
(+kegunaan)dan (+tindakan)
Uang belanja
‘bentuk’
berbentuk
(+benda) dan (+bentuk)
Meja bundar
‘jenis’
jenis
(+benda generik) dan (+benda spesifik)
Mobil sedan, pisau lipat
‘keadaan’
dalam keadaan
(+benda) dan (+keadaan)
Mobil rusak
‘seperti atau menyerupai’
Seperti atau serupa
(+benda buatan) dan (+ciri khas benda)
Gula pasir, rem cakram
‘jender atau jenis kelamin’
berkelamin
(+makhluk) dan (+gender)
Guru pria, sapi betina
‘model’
model
(+benda buatan) dan (+ciri khas dari sesuatu)
Celana jengki, topi haji
‘memakai atau menggunakan’
memakai
(+benda alat) dan (+benda yang digunakan)
Mesin uap, kapal api
‘yang di....’
yang di....
(+perlakuan terhadap unsur pertama)
Ayam goreng, anak angkat
‘ada di...’
di
(+kegiatan) dan (+tempat)
Voli pantai
‘yang (biasa) melakukan’
yang melakukan
(+pelaku) dan (+tindakan)
Juru parkir
‘wadah atau tempat’
wadah atau tempat
(+wadah) dan (+benda berwadah)
Botol kecap, kaleng susu
‘letak atau posisi’
yang berada di...
(+benda) dan (+posisi)
Pintu depan
‘mempunyai atau dilengkapi dengan’
mempunyai atau dilengkapi dengan
(+benda alat) dan (+pelengkap)
Kursi roda, rumah tingkat
‘jenjang, tahap, tingkat’
tahap atau tingkat
(+kegiatan) dan (+tahap atau tingkat)
Pendidikan awal
‘rasa atau bau’
rasanya atau yang baunya
(+benda rasa atau bau) dan (+rasa atau bau)
Kecap manis, obat pahit
b.      Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
Menurut (Chaer, 2008 : 222), Ada sejumlah komposisi nominal memliki makna idiomatik, berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya, seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, orang tua, dalam arti ‘ayah ibu’ dan kambing hitam, dalam arti ‘orang yang dipersalahkan dalam perkara’.
c.       Komposisi Nominal Metaforis
Menurut (Chaer, 2008 : 223), Ada sejumlah komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+ terletak pada bagian bawah). Sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari komponen makna kaki (+ penunjang berdirinya tubuh). Contoh komposisi nominal metaforis lainnya adalah : catatan kaki dan kepala surat.
d.      Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Menurut (Chaer, 2008 : 224), Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga bermakna metaforis. Contoh nama : Hotel Indonesia, Apotik Naila. Contoh istilah : buku ajar, anak angkat.
e.       Komposisi Nominal dengan Adverbia
Menurut (Chaer, 2008 : 224), Ada sejumlah komposisi nominal yang bentuk dari kelas adverbia dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna “leksikal” dari kata adverbial itu. Adverbial yang mendampingi nomina adalah, adverbial yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada, tanpa; dan adverbial yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Misalnya, bukan anjing dan tiada air.
C.    Komposisi Verbal
Menurut (Chaer, 2008 : 225), Yang dimaksud dengan komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menari dan datang mengahadap pada kedua kalimat berikut:
-  Mereka menyanyi menari sepanjang malam
-  Dia datang mengahadap kepala sekolah
Sebagai  pengisi fungsi predikat komposisi menyanyi menari dan datang menghadap berkategori verba. Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar:
Dasar Verbal
Contoh
Verba + verba
Lari bersembunyi
Verba + nomina
Gigit jari
Verba + ajektifa
Lari cepat
Adverbia + verba
Sudah makan







a.       Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
Menurut (Chaer, 2008 : 226), Proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, anatara lain adalah makna yang menyatakan :
Makna gramatikal
Penyisipan kata
Komponen makna
Contoh
‘gabungan biasa’
dan

Bujuk rayu, kasih sayang
‘gabungan mempertentangkan’
atau

Pulang pergi, jual beli
‘sambil’
sambil
(+tindakan) dan (+gerak)
Duduk bersiul
‘lalu’
lalu
(+tindakan) dan (+gerak)
Melompat menendang
‘untuk’
untuk
(+tindakan) dan (+sasaran)
Datang menagih (hutang)
‘dengan’
dengan
(+tindakan) dan (keadaan)
Datang merangkak
‘secara’
secara
(+tindakan) dan (+cara)
Terjun bebas
‘alat’
menggunakan
(+makna tindakan) dan (+alat)
Balap mobil
‘waktu’
waktu
(+kegiatan) dan (+saat)
Makan siang
‘karena’
karena
(+kejadian) dan (+penyebab)
Cerai mati
‘terhadap’
Terhadap atau akan
(+peristiwa) dan (+bahaya)
Tahan lapar
‘menjadi’
menjadi
(+penyebab) dan (+akibat)
Jatuh sakit
‘sehingga’
Sehingga atau sampai
(+tindakan) dan (+kesudahan)
Pukul mundur
‘menuju’
Ke atau menuju
(+gerak arah) dan (+arah tujuan)
Belok kiri
‘arah kedatangan’
dari
(+gerak arah) dan (+tempat kegiatan)
Pulang kerja
‘seperti’
Seperti atau sebagai
(+keadaan) dan (+perbandingan)
Lurus tabung
a.       Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
Menurut (Chaer, 2008 : 226), Ada sejumlah komposisi verbal yang bermakna idiomatikal, yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya makan garam dalam arti ‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat miskin’, gigit jari dalam arti ‘tidak mendapatkan apa-apa’. Berkenaan dengan konstruksi predikat + objek ini, maka makna verba yang menjadi predikat itu sangat bergantung pada nomina, sebagai objek yang mengikutinya. Sebagai contoh kita ambil verba makan, mengambil dan menjual. Pada daftar a) ketiga verba itu bermakna gramatikal seperti makan tempe dan makan tahu, pada daftar b) bermakna idiomatikal seperti makan tangan. Makan hati dan daftar c) bermakna polisemi seperti makan ongkos, makan diri.
b.      Komposisi Verbal dengan Adverbia
Menurut (Chaer, 2008 : 231),Verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbial atau lebih. Adverbia pedamping adalah:
a)      adverbia negasi: tidak, tak tanpa.
b)      adverbia kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan.
c)      adverbia keselesaian: sudah , sedang , tengah, belum.
d)     adverbia aspectual: boleh wajib, harus, dapat, ingin , mau.
e)      adverbial frekuensi : sering , jarang, pernah, acapkali.
f)       adverbial kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
D.    Komposisi Ajektival
Menurut (Chaer, 2008 : 231),Yang dimaksud dengan komposisi ajektival adalah komposisi yang pada satuan kalusa, berkatagori ajektiva. Misalnya komposisi cantik molek dan kaya miskin dalam klausa berikut:
-  Gadis yang cantik molek itu duduk termenung.
-  Kaya miskin di hadapan Allah sama saja.
Komposisi ajektifal dapat dibentuk dari dasar:
Dasar Verbal
Contoh
Ajektifa + ajektifa
Tua muda, besar kecil
Ajektifa + nomina
Merah darah
Ajektifa + verba
Takut pulang
Adverbial + ajektifa
Tidak berani
Dalam kaitannya dengan masalah semantik ada tiga macam komposisi verbal, antara lain :







a.       Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
Menurut (Chaer, 2008 : 232), Dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal , anatara lain, adalah makna yang menyatakan:




Makna gramatikal
Penyisipan kata
Komponen makna
Contoh
‘gabungan biasa’
dan

Tua renda, gagah perkasa
‘alternatif atau pilihan’
atau

Jujur tidaknya
‘seperti’
seperti
(+warna) dan (+benda berwarna)
Kuning emas
‘serba’



‘untuk’
untuk
(+sikap batin) dan (+kejadian)
Malu bertanya
‘kalau’
kalau
(+perasaan batin) dan (+tindakan)
Curiga melihat
b.      Komposisi Ajektival bermakna Idiomatikal
Menurut (Chaer, 2008 : 234), Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya panjang usus dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
c.       Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Menurut (Chaer, 2008 : 234), Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi ajektival, yaitu: a) Adverbial negasi: tidak, b) Adverbia derajat: agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.
Contoh-contoh pemakaian :
Tidak bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik.
Agak tinggi, agak lurus, sama baik, lebih jauh, kurang indah, amat baik, tua sekali.